Cerita
dewasa ini akan saya ceritakan khgususnya bagi anda para penggemar
cerita dewasa dengan sedikit unsur cerita panas dan tentunya bendebarkan
untuk anda baca, karena dengan membaca sebuah cerita dewasa gairah kita
akan kembali membara dengan sedikit aroma adegan mendebarkan dari alur
cerita yang kita baca nanti.
Mungkin anda sudah tidah
sabar untuk membaca sebuah cerita dewasa yang kebetulan saya dapatkan
juga dari situs internet yang lain, namun dalam cerita tersebut memang
sangat hot sekali untuk anda baca. Namun sebelumnya saya juga
peringatkan bagi anda yang belum dewasa saya harao jangan baca cerita
dibawah ini :
Sebut saja namaku Etty (bukan yang
sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta.
Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk
tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha
sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan
wajah yang oval. Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa
dibilang lumayan.
Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga
tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik
anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih
kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di
kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup
baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke
kelas II.
Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman
tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak
berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu
guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng
dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup
tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi
cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar
usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting
untuk ukuran zaman sekarang.
Suatu hari setelah selesai
pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk
istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk
cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita
yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan
celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena
kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.
Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya
Freddy (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang, “Selamat pagi
Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.
“Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.
Aku menjawab, “Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”.
“Iya, nanti jam setengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso
dulu”.
Aku dan teman-teman mengajak, “Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia setuju.
“OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”!
Aku dan teman-teman bilang, “Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi,
“Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain,
“Naa..aa, betuu..uul. Setujuu..”.
Ketika Pak Freddy mengambil posisi
untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan
kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.
“Alaa.., Etty, langsung deh, deket-deket, jangan mau Pak”.
Pak Freddy menjawab, “Ah! Ya, ndak apa-apa”.
Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan
salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena
masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak
Pak Freddy tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.
“Sorry, ya Pak”.
Dia menjawab, “That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Freddy.
Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit
kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore
dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula
Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang
paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia
baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.
“Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”.
Aku menjawab, “Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.
Lalu dia mengajak masuk ke dalam, “Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf
rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya paké baju dulu”. Memang
tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia
keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar
menjelaskan, “Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak,
rumahnya”.
Dia tersenyum, “Saya kost di sini. Sendirian.”
Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya, “Udah laper, Et?”.
Aku jawab, “Lumayan, Pak”.
Lalu dia berdiri dari duduknya, “Kamu tunggu sebentar ya, di rumah.
Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau
kan?”.
Langsung kujawab, “Ok-ok aja, Pak.”.
Sewaktu
Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai
ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi
seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy
pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan
berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai
buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno
dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan
main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan
entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok
dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis
cowok yang besar, panjang dan kekar.
Tidak disangka-sangka suara Pak
Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku, “Lho!! Ngapain di situ, Et.
Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.
Astaga!
Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya
biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan
aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap, “Ti..ti..tidak, eh,
eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”.
Pak
Freddy hanya tersenyum saja, “Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya
berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.
Syukurlah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.
Pada saat makan aku bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.
Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.
Lalu aku memancing, “Kok, tadi ada yang begituan”.
Dia bertanya lagi, “Yang begituan yang mana”.
Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, “Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”.
Kemudian dia tertawa, “Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.
Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya.
Lalu dia menawarkan diri, “Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”.
Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil
lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.
Begitu tiba di dalam kamar, Pak Freddy bertanya lagi, “Betul kamu tidak
malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak
Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku
sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan
terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih
tetapi kutahan.
Pak Freddy bertanya lagi, “Sakit, Et”.
Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan
mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin
berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan
tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa
mendesah”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.
Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya.
“Enak, Et?”
“Lumayan, Pak”.
Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan
ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu
tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan
rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting
payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya
sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Freddy berhenti
merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas
tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk
gambar cowok memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang
tampak pasrah di bawahnya.
“Boleh saya seperti ini, Et?”.
Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin
Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua
kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan vaginaku. Tangan kirinya
berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya
menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku.
Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan penisnya ke dalam
vaginaku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin
otot-otot sekitar vaginaku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan, “Tahan
sakitnya, ya, Et”. Aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit
dan, “Akhh.., bukan main perihnya ketika batang penis Pak Freddy sudah
mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak
peduli lagi, ditekannya terus penisnya sampai masuk semua dan langsung
dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan
tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku.
Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan
penis Pak Freddy mengocok vaginaku. Aku terengah-engah, “Hah, hah,
hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan
spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus
punggungnya. Semakin lama gerakan penis Pak Freddy semakin memberi rasa
nikmat dan terasa di dalam vaginaku menggeliat-geliat dan
berputar-putar.
Sekarang rintihanku adalah rintihan
kenikmatan. Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku
ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua
telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak
Freddy semakin memperkuat dan mempercepat kocokan penisnya dan di
wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat
sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan
akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat
di dalam vaginaku.
Rupanya air maninya sudah keluar dan
segera dia mengeluarkan penisnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku
dan tampak dia masih terengah-engah.
Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, “Gimana, Et? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”.
Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih, “tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”.
Dia berkata lagi, “Sama, saya juga”.
Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur.
Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu
aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku
Pak Freddy hanya menggunakan handuk dan berkata, “Kita mandi, yuk. Kamu
harus pulang kan?”.
Badanku masih agak lemas ketika bangun dan
dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi.
Kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah
kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung
lagi ketika Pak Freddy menyabuni vaginaku yang memang di sekitarnya ada
sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang
robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan
membersihkan penisnya yang perkasa itu.
Setelah semua
selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa
nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam
17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup
mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana
keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku
paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini
sebagai pengalaman saja.
Semenjak itulah, bila ada waktu
luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk menikmati keperkasaannya
dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor.
Sampai sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Freddy
walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah
pacaran. Pernah Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku
sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang
penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan
penis guru bahasa Inggrisku itu.
0 komentar:
Posting Komentar