Panggung Pembuktian Terakhir Eto'o?
Kehadiran Eto’o di Chelsea, akan membuat tim-tim rival meningkatkan level waspada saat bertarung dengan London Biru. Bukan berarti, striker-striker yang sebelumnya menghuni skuad Chelsea kurang menakutkan, tapi nama besar Eto’o jelas wajib diperhitungkan secara khusus.
Di klubnya yang terakhir, Anzi Makhachkala 10 gol ia sumbang dalam 25 penampilannya di Liga Rusia. Total musim lalu, mantan striker Barcelona tersebut mengoleksi 21 gol dari 44 kali bermain di semua ajang di klub kaya itu. Bukti Eto’o belum habis, meski pamornya seolah redup karena menyisih ke liga yang kurang disorot dunia.
Memang, perlu dicatat, Premier League merupakan salah satu liga yang paling ketat di Eropa, tapi bukan berarti orang bisa begitu saja membuat kalkulasi bahwa Eto’o tidak akan bisa lebih sukses seperti saat berada di Spanyol, Italia, atau Rusia, dengan umurnya yang tak lagi muda, 32 tahun.
Jose Mourinho, pelatih baru Chelsea, masih memendam harapan melihatnya kembali bersinar. Mou punya keyakinan bahwa sosok Eto’o bisa membantunya mewujudkan ambisi menjadi jawara di Premier League, sekaligus menaklukkan Eropa.
Tak perlu pikir panjang bagi Mou untuk memutuskan mendatangkan Eto’o ke Stamford Bridge. Padahal, usianya bisa dikategorikan veteran. Chelsea sendiri sebelumnya membuang talenta uzur di lini depan, meski tenaganya masih garang, seperti Didier Drogba. Ikon Chelsea, Frank Lampard pun sempat masuk daftar transfer. Bos Roman Abramovic konon lebih tertarik mengisi skuad The Blues dengan kaki-kaki yang masih segar.
Eto’o sepertinya menjadi pengecualian. Kebijakan mengabaikan pemain veteran, tidak berlaku bagi Mou. Untuk sementara Abramovic harus mengalah dan memberi kebebasan kepada pria Portugal itu untuk menyusun rencana-rencananya musim ini.
Apalagi, Chelsea kabarnya akan melepas Fernando Torres di jendela transfer musim ini. Pasalnya, striker Spanyol ini tak jua memberikan kontribusi yang diharapkan, sejak direkrut dari Liverpool pada 2011 dengan 40 juta pounds.
Bila tidak hengkang, nasib Torres kemungkinan besar tetap lebih banyak dihabiskan di bangku cadangan. Karena secara eksplisit Mou pun tak merasa impresif dengan striker Spanyol yang dibesarkan Atletico Madrid itu.
Sebelum Eto’o hadir, Demba Ba menjadi pilihan dibanding Torres. Perannya tentu akan semakin tergerus setelah striker Kamerun 32 tahun itu mendarat di London. Kini tinggal Eto’o membuktikan diri bisa membayar kepercayaan Mou dan mengulang sukses seperti ketika di Barcelona dan Inter Milan. Sekali lagi Premier League adalah arena yang berbeda.
Eto’o memang pernah uring-uringan saat dilatih Mou ketika menjadi bagian dari Inter Milan, 2010 lalu. Perannya sebagai ujung tombak, diusik Mou. Pelatih Portugal itu menggesernya ke posisi sayap. Toh, setelah Mou hengkang, suasana hatinya berubah. Belakangan, Eto’o justru berterima kasih, karena kebijakan Mou itu membuatnya memahami peran lain di lapangan sehingga merasa lebih komplet.Dengan kembali bekerja sama dengan Mourinho, Eto’o tentu paham konsekuensinya.
Kesempatan merumput di Inggris jelas tidak bisa menjadi arena transisi, seorang pemain sebelum benar-benar gantung sepatu. Inggris bukan Qatar, China atau Amerika Serikat. Mungkin inilah misi terakhir pemain terbaik Afrika empat kali ini dalam kariernya. Menaklukkan liga domestik termegah dunia, Premier League.
0 komentar:
Posting Komentar